Sabtu, 10 April 2010

ISRAILIYAT DALAM PENAFSIRAN ALQURAN

B A B I
PENDAHULUAN

AlQuran diturunkan sebagai petujuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan (sebagai) pembeda antara yang haq dan bathil (QS AlBaqoroh:185). Dan sesungguhnya AlQuran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh.. (QS AlIsra’:9). Karenanya AlQuran selalu menjadi referensi utama bagi umat Islam di dalam memahami dan mengamalkan ajaran yang dibawa oleh pemegang risalahNya, Muhammad s.a.w
Dizaman Rasululloh masih hidup, umat Islam tidak banyak menemukan kesulitan dalam memahami “petunjuk” guna mengarungi kehidupannya,sebab-manakala mereka menemukan kesulitan dalam satu ayat,misalnya-mereka akan langsung bertanya kepada Rasulullah(Zainul hasan Rifai:2002).Namun masalah justru muncul sepeninggal beliau, termasuk didalam memahami kisah-kisah dalam AlQuran yang oleh sebagian mufassir dijelaskan berdasarkan periwayatan-periwayatan yang kadang tidak jelas sumbernya. Hal ini tentu saja menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam, karena memang tidak semua kisah yang diceritakan dalam AlQuran secara terperinci atau detail dan kronologis kejadian di masa lampau,termasuk kisah-kisah umat dari para Nabi terdahulu,karena AlQuran bukan buku sejarah meskipun ia juga berbicara tentang sejarah
Banyaknya ‘kabar burung’ yang dibawa oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani yang memeluk Islam ini kemudian di kenal dengan istilah Israiliyat dan secara sporadis memang beredar di kalangan para sahabat sampai pada masa tabiin. Ironisnya , israiliyat ini tertulis di banyak kitab-kitab tafsir. Terlepas dari tujuan Mufassir yang bermaksud menceritakan tentang ‘munculnya’ israiliyat itu, yang jelas oleh beberapa Ulama’ tafsir dan peneliti Israiliyat, belakangan kajian ini secara serius di teliti guna menjauhkan umat dari bercampurnya berita yang layak/benar(khabar) dan berita maupun cerita yang belum tentu benar (gossip).
Untuk tujuan mengetahui lebih jelas tentang israiliyat berikut pengaruhnya terhadap khazanah keilmuan Islam (khususnya studi AlQuran), makalah ini akan mengetengahkan persoalan tersebut dari perspektif kajian Tafsirnya, dengan sedapat mungkin menyajikan beberapa data dan contoh konkrit bentuk-bentuk penafsiran ayat AlQuran yang bercampur kisah-kisah israiliyat. Penulis sampaikan secara jujur, bahwa deskripsi israiliyat dalam makalah ini dan contoh-contohnya tidak mewakili seluruh kisah israiliyat yang ada, namun penulis tetap berupaya mengumpulkan beberapa model dan contoh israiliyat dari referensi-referensi yang penulis dapatkan (yang mungkin masih sangat minim). Di akhir makalah ini juga akan dikemukakan beberapa pendapat para Ahli tentang Israiliyat baik pandangan positif maupun negatifnya, sehingga diharapkan Umat Islam tidak mentah-mentah menolak apapun yang datang dari orang lain pun tidak langsung menerima apa saja tanpa alasan dan bukti yang kuat . Dengan berfikir obyektif dan bersandar pada AlQuran dan Hadist lah umat Islam akan terus bisa mendapatkan ‘petunjuk’ yang orisinil dan akurat dari Nabi Muhammad s.a.w baik lewat ta’lif (karya-karya) tafsir, qaul tabiin dan para sahabat setia Rasulullah.
















B A B II

1. PENGERTIAN ISRAILIYAT
Secara etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah, yakni bentuk kata yang dinisbatkan pada kata israil yang berasal dari bahasa Ibrani, isra yang berarti hamba dan il yang bermakna Tuhan. Dalam perspektif histories, Israil berkaitan dengan Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim a.s, di mana keturunan beliau yang berjumlah dua belas itu di sebut Bani Israil. . (Ibn Qayyim Al-Jauziyah: -Sukardi KD,Ed:, Belajar Mudah ‘Ulum Al Quran;277)
Ibn Katsir dan lainnya menyebutkan dalil Bahwa Ya’qub adalah Israil melalui hadis riwayat Abu Dawud At-Thayalisi dalam Musnadnya dari Ibnu Abbas bahwa sebagian orang Yahudi mendatangi Nabi s.a.w. Lalu beliau bersabda (kepada mereka)”apakah kalian mengetahui bahwa Israil adlah Ya’qub?” mereka menjawab,”Ya”, dan Nabi bersabda, saksikanlah” ( Cerita-cerita Populer Tapi Palsu, Izzuddin AlKarimi/penerj; h.27)
Secara terminologis, -Ibn Qayyum juga menjelaskan, bahwa- israiliyah merupakan sesuatu yang menyerap ke dalam tafsir dan hadis di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak Dan kenyataannya kisah-kisah tersebut merupakan pembauran dari berbagai agama dan kepercayaan yang masuk ke Jazirah Arab yang di bawa orang-orang Yahudi..(2002:277)
Bahkan sebagian Ulama Tafsir dan hadis telah memperluas makna israiliyat dengan cerita yang dimasukkan oleh musuh-musuh Islam, baik yang datang dari Yahudi maupun dari sumber-sumber lainnya. Hal demikian itu lalu dimasukkan kedalam tafsir dan hadis, walaupun cerita itu bukan cerita lama dan memang dibuat oleh musuh-musuh Islam yang sengaja akan menrusak akidah kaum Muslimin.(selengkapnya; Ahmad Sadzali, Ulumul Quran I , h.240)
Dan ketika Ahli kitab masuk Islam, mereka membawa pula pengetahuan keagamaan mereka berupa cerita-cerita dan kisah-kisah keagamaan. Dan di saat membaca kisah-kisah dalam AlQuran terkadang mereka paparkan rincian kisah itu yang terdapat dalam kitab-kitab mereka. Adalah para sahabat menaruh atensi terhadap kisah-kisah yang mereka bawakan, sesuai pesan Rasulullah:
“ولا تصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبو هم, وقولوا آمنا بالله وما انزل الينا..”(رواه البخارى)
“Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahli kitab dan jangan pula mendustakannya, tetapi katakanlah, ‘ Kami beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kami..” (Hadist Bukhori)

Dan dalam hadist lain Nabi memperingatkan para penyampai berita maupun kisah-kisah itu agar tidak menyimpang dalam menceritakannya.
"بلغوا عنى ولو آية, وحدثوا عن بنى اسرائل ولا حرج, ومن كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار".
(أخرجه البخارى)
“Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. Dan ceritakanlah dari Bani Israil karena yang demikian tidak di larang. Tetapi barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja,bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka (HR Bukhori).

Dua hadist tersebut tidak bertentangan karena yang pertama menyiratkan kemungkinan benar dan salahnya sebuah cerita, sedang hadist berikutnya menunjukkan kebolehan menerima cerita dari Bani israil,meskipun harus dengan aturan yang ‘sangat ketat’, diantaranya adalah kejelasan Sanad nya.

2. TIMBULNYA ISRAILIYAT DALAM PENAFSIRAN ALQURAN
Masuknya Israiliyat ke dalam penafsiran AlQuran sudah muncul sejak zaman Sahabat, pasca wafatnya Rasulullah. Menurut Adz-Dzahabi salah satu sumber tafsir AlQuran pada masa sahabat adalah Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani), yang didasarkan atas fakta sejarah bahwa tokoh-tokoh mufassir AlQuran masa itu ada yang bertanya dan menerima keterangan dari tokoh-tokoh Ahli Kitab yang masuk Islam, untuk menafsirkan ayat-ayat tertentu dalam AlQuran (Rahmat Syafi’i, Pengantar Ilmu Tafsir: 107)
Sebenarnya para Sahabat tidak mengambil dari Ahli Kitab berita-berita yang terperinci untuk menafsirkan alQuran kecuali dalam jumlah sangat sedikit. Akan tetapi ketika tiba masa Tabi’in dan banyak pula Ahli Kitab yang memeluk Islam, maka Tabi’in banyak mengambil berita-berita dari mereka. Kemudian atensi mufassir sesudah Tabi’in terhadap israiliyat semakin besar. (Manna’ Khalil Qaththan, terj. Mudakir; Studi Ilmu-Ilmu AlQuran: 493)
Jika dikaji factor-faktor apa saja yang melatarbelakangi tindakan para sahabat tersebut, Prof.DR.Rahmad Syafi’i MA dalam bukunya Pengantar Ilmu Tafsir (2006:108) menyebut salah satu aspeknya adalah aspek cultural, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a Secara umum kebudayaan bangsa Arab,baik sebelum maupun pada masa lahirnya agama Islam,lebih rendah ketimbang kebudayaan Ahli Kitab,karena kehidupan mereka yang nomad dan buta huruf. Meskipun pada umumnya Ahli Kitab di Arabia juga tak lepas dari kehidupan nomad mereka,namun mereka relative lebih mempunyai ilmu pengetahuan, khususnya tentang sejarah masa lalu seperti diketahui oleh umumnya Ahli Kitab waktu itu…
b Isi AlQuran di antaranya mempunyai titik-titik persamaan dengan isi- kitab terdahulu seperti Taurat dan Injil yang dipegang oleh Ahli Kitab pada masa itu,terutama pada cerita-cerita para Nabi dan Rasul terdahulu yang berbeda penyajiannya.Pada umumnya AlQuran menyajikan secara Ijaz, sepotong-sepotong disesuiakan dengan kondisi, sebagai nasehat dan pelajaran bagi kaum Muslimin. Sedangkan dalam kitab suci Ahli Kitab penyajiannya agak lengkap seperti dalam penulisan sejarah. Oleh karena itu, wajar jika ada kecenderungan untuk melengkapi isi cerita dalam AlQuran dengan bahan cerita yang sama dari sumber kebudayaan Ahli Kitab..
c Adanya beberapa Hadist Rasululloh yang dapat dijadikan sandaran oleh para Sahabat untuk menerima dan meriwayatkan sesuatu yang bersumber dari Ahli Kitab, meskipun dalam batas-batas tertentu yang dapat digunakan untuk menafsirkan AlQuran.

3. TOKOH-TOKOH PERIWAYAT ISRAILIYAT
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kecenderungan para mufassir mengambil israiliyat makin besar di masa Tabi’in, tentu saja peran Ahli Kitab dalam memberikan kontribusi israiliyat makin tak terbendung. Disinilah kemudian terjadi bercampuraduknya israiliyat yang benar atau yang autentik sanad nya dan yang salah atau yang tidak ada dasar yang jelas.
Dari mayoritas sumber maupun ‘kebanyakan riwayat’ (istilah AlQaththan), israiliyat selalu dikaitkan dengan empat tokohnya yang ternama, yaitu; Abdullah Ibn Salam, Ka’ab al Akhbar, Wahb bin Munabbih, dan Abdul Malik Ibn Abdul ‘Aziz Ibn Juraij.
1. Abdullah Ibn Salam; Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Abdullah Ibn Salam Ibn Harist Al-Israil Al-Anshari.
Statusnya cukup tinggi di mata Rasulullah..,dia termasuk di antara para sahabat yang diberi kabar gembira masuk surga oleh Rasulullah. Dalam perjuangan menegakkan Islam, dia termasuk Mujahid di perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan Bait al Maqdis ke tangan kaum Muslimin bersama Umar Ibn Khattab..
Dari segi ‘adalah-nya’ kalangan ahli hadis dan tafsir tak ada yang meragukan .Ketinggian ilmu pengetahuannya diakui sebagai seorang yang paling’ alim di kalangan bangsa Yahudi pada masa sebelum masuk Islam dan sesudah masuk Islam.. Kitab-kitab tafsir banyak memuat Riwayat-riwayat yang disandarkan kepadanya;diantaranya Tafsir Ath Thabari.
2. Ka’ab Al Akhbar; Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ka’ab Ibn Mani AlHimyari. Kemudian beliau terkenal dengan gelar Ka’ab al Akhbar karena kedalaman ilmunya. Dia berasal dari Yahudi Yaman dari keluarga Zi Ra’in..
3. Wahab Ibn Munabbih; Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Wahab Ibn AlMunabbih Ibn Sij Zinas Al Yamani Al Sha’ani. Lahir pada tahun 34 H dari keluarga keturunan Persia yang migrasi ke negri Yaman, dan meninggal tahun 110 H. Ayahnya, Munabbih Ibn Sij masuk Islam pada masa Rasulullah.
4. Abd Al Malik Ibn Abd Al ‘Aziz ibn Juraij; Nama lengkapnya adalah Abu Al Walissd (Abu Al Khalid) Abd Malik Ibn abd Aziz Ibn Juraiz Al-Amawi. Dia berasal dari bangsa Romawi yang beragama Kristen. Lahir pada tahun 80 H di Mekah dan meninggal pada tahun 150 H (Rachmad Syafe’i ;110-114)

Para Ulama berbeda pendapat dalam mengakui dan memepercayai Ahli Kitab tersebut; ada yang mencela (mencacat, menolak) dan ada pula yang mempercayai (menerima). Perbedaan pendapat paling besar ialah mengenai Ka’ab AlAkhbar. Sedangkan Abdullah Ibn Salam adalah orang yang paling pandai dan paling tinggi kedudukannya. Karena itu Bukhori dan Ahli Hadis lainnya memegangi dan mempercayainya. Di samping itu kepadanya tidak dituduhkan hal-hal buruk seperti yang dituduhkan pada Ka’ab Al Akhbar dan Wahab ibn Munabih ( Manna’ Khalil Al Qattan/terj. Studi Ilmu-Ilmu AlQuran, 493 )


4. PEMBAGIAN ISRAILIYAT DI TINJAU DARI BERBAGAI ASPEK
Dalam Kitab Aara’ Khathiah wa Riwayat Bathilah Fi Siyaril Anbiya’ Wal Mursalin ‘Alaihumussholatu was Salam karangan Abdul Aziz bi Muhammad bin Abdullah As-Sadahan, dijelaskan, Israiliyat di bagi menjadi tiga bagian pokok: 1.Macam-macam Israiliyat di lihat dari segi keshahihan Sanad, 2. Dari segi kesesuaiannya dengan Syara’, 3. Dari sisi kandungan isinya

I. Israiliyat dilihat dari sisi keshahihan Sanad terbagi menjadi dua: yaitu Israiliyat yang Shahih dan Israiliyat yang lemah
 Contoh Israiliyat yang shahih disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya Ibnu Jarir; Telah berkata kepada kami AlMutsanna,telah berkata kepada kami Usman bin Umar,telah berkata kepada kami Fulaih dari hilal bi Ali dari Ali bin Yasar berkata,’Saya telah bertemu dengan Abdullah bin Amru, saya bertanya,”Beritahukan kepadaku sifat Rasulullah s.a.w di dalam Taurat, beliau berkata,” Ya, demi Alloh, Nabi s.a.w sifat-sifatnya termaktub di dalam Taurat seperti termaktub di dalam AlQuran,
"ياايّها النبي إنّا ارسلناك شاهدا ومبشّرا ونذيرا وحرزا للاميّين انت عبدى ورسولى اسمك المتوكل ليس بفظّ ولا غليظ ولن يقبضه الله حتّى يقيم به الملة العوجاء بان يقول لااله الا الله به قلو با غلفا واذانا صمّا واعينا عميا".
" Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi berita gembira, pemberi peringatan, pelindung bagi orang-orang ummi (tidak kenal baca tulis), engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, namamu Al Mutawakkil, bukan berarti keras dan bersikap kasar, Allah tidak akan mewafatkannya sehingga Allah meluruskan dengannya agama yang bengkok, dia berkata La Ilaha Illa Allah dengan Allah membuka hati yang tertutup,telinga yang tuli dan mata yang buta" (Terj. Izzudin h.34)

 Contoh Israiliyat yang dloif (lemah) adalah seperti yang diriwayatkan dari ibnu Abbas dalam tafsir surat Qaaf. Qaaf adalah gunung besar yang mengelilingi dunia. Penafsiran ini adalah bathil tanpa diragukan sedikitpun dan penyandarannya kepada Ibnu abbas adalah dusta. Demikian seperti yang dinyatakan oleh beberapa Ulama’.

II. Israiliyat dilihat dari sisi kesesuaiannya dengan Syara’ terbagi menjadi tiga:
1. Bagian yang dibenarkan
2. Bagian yang didustakan
3. Bagian di alam Barzakh,tidak diterima,tidak ditolak,disebut hanya untuk Faedah
Beberapa contoh Israiliyat dibawah ini adalah sebagaimana dipaparkan oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh AlUtsmani dalam bukunya Ushul Fi At-Tafsir, -terj Ummu Ismail, hal 130-133;
 Contoh Israiliyat yang dikuatkan oleh Islam dan diakui kebenarannya adalah riwayat Bukhari dan lainnya dari ibnu mas’ud Radliyallahu Anhu, dia berkata: “Telah dating seorang pendeta kepada Rasulullah s.a.w, kemudia diaberkata: ‘Ya Muhammad sesungguhnya kami mendapati bahwa Alloh menjadikan langit dengan satu jari, menjadikan pohon dengan satu jari dan kekayaan dengan satu jari dan menjadikan seluruh makhluk dengan satu jari, kemudian dia berkata” Aku adlah penguasa(Raja)”. Maka Rasulullah s.a.w tertawa sampai terlihat gigi graham beliau membenarkan perkataan pendeta itu kemudian Rasulullah s.a.w membaca,





“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya[1316]. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. AzZumar:67)

 Contoh israiliyat yang diingkari Islam dan diakui kedustaannnya, maka berita itu bathil, adalah apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir Radliyallahu Anhu, dia berkata: “ Seorang Yahudi berkata:” Apabila menggaulinya (wanita) dari belakangnya,maka akan melahirkan anak yang juling matanya,” maka turunlah ayat:


















"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS. AlBaqarah:233)

 Adapun yang tidak diterima dan tidak di tolak adalah yang tidak diterima dan di tolak -sebagaimana di sebut dalam karya Abdul Aziz, terj .Izzuddin,37-39- Seperti kisah korban pembunuhan yang secara global Allah menceritakannya dalam surat Al Baqarah( Ayat 67-68)









67." Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?"[62] Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil."
68. Mereka menjawab: " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu."

Sebagian riwayat menyatakan latar belakang pembunuhan dimana korban hidup kembali setelah diambilkan sebagian anggota sapi yang disembelih dan dipukulkan kepadanya…, kita tidak membenarkan,tidak juga mendustakan,bisa benar bisa pula salah, ilmunya di sisi Allah.

III. Israiliyat dilihat dari sisi Kandungan isinya terbagi menjadi tiga:
1 Dalam masalah Akidah, misalnya ucapan alim Yahudi di atas bahwa Allah meletakkan bumi da satu jariNya dan langit-langit da satu jariNya. Riwayat ini termasuk masalah Akidah
2. Dalam hukum, misalnya riwayat dua orang Yahudi yang berzina dan seorang Yahudi menutupkan tangannya di atas ayat rajam. Ketika ia mengangkatnya terbacalah bahwa Taurat memerintahkan rajam kepada orang yang berzina. Riwayat ini termasuk dalam urusan hukum
3.Dalam masalah nasihat-nasihat, sirah dan tarikh, misalnya keterangan tentang sifat perahu Nuh a.s dan hewan-hewan serta burung-burung yang menaikinya atau keterangan tentang tongkat Musa a.s ,atau semut Sulaiman a.s, dan sebagainya. Keterangan-keterangan tersebut tidak termasuk pada bagian pertama, tidak pula pada bagian kedua, melainkan dikategorikan dalam bagian ketiga.


5. IDENTIFIKASI ISRAILIYAT DALAM BEBERAPA KITAB TAFSIR
 Adz-Dzahabi, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah –Ed.Sukardi KD-dalam bukunya Belajar mudah Ulum Al-Quran, mengklasifikasi beberapa kitab tafsir yang ‘memunculkan’ kisah-kisah israiliyat, sebagai berikut:
1. Kitab yang meriwayatkan kitab israiliyah lengkap dengan sanad, tapi ada sedikit kritikan terhadapnya. Kitab yang termasuk dalm klasifikasi ini adlah tafsir ath-Thabari (w.310H) yang berjudul Jami’ Al bayan Fi Tafsir Al Quran
2. Kitab yang meriwayatkan israiliyat lengkap dengan sanad, tapi kemudian menjelaskan kebathilan yang ada dalam sanad tersebut. Termasuk dalam klasifikasi ini adlah tafsir Ibn Katsir (w.774) yang bernama Tafsir AlQuran al Adzhim
3. Kitab yang meriwayatkan israiliiyah dengan menghidangkannya begitu saja, tanpa menyebut sanad atau memberi komentar(tidak mengkritiknya), atau tidak menjelaskan mana riwayat yang benar dan mana yang salah. Kitab yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Tafsir Muqatil ibnu Sulaiman (w.150 H).
4. Kitab yang meriwayatkan israiliyyah dengan tanpa sanad, dan kadang-kadang menunjukkan kelemahannya atau menyatakan dengan tegas ketidakshahihannya tapi dalam meriwayatkan terkadang tidak memberikan kritik sama sekali,kendati riwayat yang dibawannya itu bertentangan dengan syariat Islam. Kitab yang termasuk dalam klasifikasi Ini adalah Tafsir al-Khazin (w. 741.H) yang berjudul Lubab at-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil.
5. Kitab yang meriwayatkan israiliyyah tanpa sanad dan bertujuan menjelaskan kepalsuan atau kebathilannya. tafsir ini sangat pedas mengkritik israiliyyah. Kitab yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Tafsir al-Alusi (w.1270.H) yang bernama Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al Qur an wa Sab’u al-Matsani.
6. Kitab tafsir yang menyerang dengan pedas para mufassir yang “menghidangkan” israiliyyah dalam Tafsirnya.dari pedasnya serangan mereka. Pengarang kitab ini berani melontarkan tuduhan yang tidak selayaknya pada pembawa kisah israiliyyah ini, walau mereka terdiri dari sahabat-sahabat terpilih dan para tabi’in. Meskipun demikian pengarang ini juga terperangkap dalam situasi serupa dalam artian bahwa tanpa disadari dia menampilkan israiliyyah dalam tafsirnya. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tafsir susunan Rasyid Ridha (w.1354 H) yang bernama Tafsir al-Manar. (Belajar Mudah Ulum AlQuran:281-282)


6. BEBERAPA CONTOH ISRAILIYAT PADA NABI DAN RASUL

 Abi Al Fida’ Al Hafidz Ibn Katsir dalam Tafsir Quran Al ‘Adhim nya, menjabarkan beberapa pendapat mufassir tentang Surat Yusuf ayat 24:





24." Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya[750]. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih".

Mengenai” tanda dari Alloh” yang dilihat oleh Yusuf, terdapat bayak cerita dan pendapat;
 Ibnu Abbas, Mujahid, Al Hasan, Qatadah dan banyak lainnya berkata, bahwa Yusuf melihat bayangan ayahnya seakan-akan memandangnya sambil menggigit jarinya.
 Al Aufi dan Muhammad bin Ishaq berkata bahwa Yusuf melihat bayangan majikannya, suami Zulaikhah didepannya saat itu.
 Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad alQuradli bahwa Yusuf tatkala melihat keatas pad saat itu melihat tulisan “ Janganlah kamu mendekati zina karena itu adalah perbuatan yang keji”

Pendapat-pendapat tersebut tidak ada yang didukung oleh suatu dalil atau hujjah yang meyakinkan. Maka yang benar hendaklah dipahami sebgaimana difirmankan Alloh, “Demikianlah Kami memperlihatkan kepadanya (Yusuf) sesuatu tanda yang memalingkannya dari perbuatan keji dn kemungkaran, karena dia adalh termasuk hamba-hambaKu yang mukhlish, suci dan terpilih “

 Al Quran Surat Hud ayat 46:




46. Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."

Para ahli tafsir mnenyebutkan riwayat yang intinya bahwa Nuh menangis dalam waktu yang lama. Sebagian ahli tafsir tanpa meneliti- menambahkan, bahwa Nuh menangis selama 300 tahun (sebagaimana dalam riwayat israiliyat tersebut). Dan rumput-rumput tumbuh karena tersiram air matanya. Berita semacam ini, seperti yang diucapakan oleh Imam Adz Dzahabi “ malu menceritakannya”, akan tetapi ia tertulis di buku-buku sejarah dan sebagian buku tafsir.

 Ada juga cerita Nabi Nuh yang memukul pantat kambing yang sulit masuk ke perahu, sehingga kelaminnya terlihat (karena bulunya rontok) lalu domba bisa masuk ke perahu dengan tenang maka auratnya tertutup.
Cerita tersebut ditolak oleh akal, tetapi tetap diceritakan, maka tanggungjawab dipundak orang yang menukilnya. (Abdul Aziz bin Muh. Assadahan;Cerita-Cerita Populer Tapi palsu/terj.-; 107-108)


7. BERBAGAI PANDANGAN DAN PENDAPAT TENTANG ISRAILIYAT

 Pendapat Ibn Katsir (w.774H) dalam tafsir AlQuran Al’Adziim, ia membagi Israiliyat kepada tiga golongan, pertama yang diketahui kebenarannya,karena ada konfirmasinya dalam syariat,maka dapat diterima. Kedua,yang diketahui kebohongannya,karena ada pertentangannya dengan syariat,maka harus di tolak. Ketiga,yang tidak masuk kedalam bagian pertama dan kedua tersebut,maka terhadap golongan ini tidak boleh mendengarkannya dan mendustakannya ,tetapi boleh meriwayatkannya (Ibn katsir Ibn alQuraisyi, Tafsir AlQuran AlAdziim; Mesir: Isa Albabi Aql Al Halaby As-Syuraakahu,juz I hlm 4)
 Ibn Al Arabi dalam Kitabnya, Ahkaam Alquran, ia sangat berhati-hati terhadap israailiyat
 Ibnu Taimiyah sama sekali bersikap tawaqquf terhadap kebenaran segala riwayat yang datang dari tokoh-tokoh israiliyat yang sifatnya tidak ada bukti yang tegas atas kebathilannya.. Sikap tawaqquf juga ditujukan kepada isi kitab suci Ahli Kitab (Taurat dan Injil), karena ada kemungkinan isinya itu termasuk yang mereka ubah, atau yang masih asli.
 AlQasimi dalam tafsirnya,Mahasin At-Ta’wil ia mengemukakan pendapatnya sekaligus mengakhiri pembahsannya tentang konfirmasi cerita-cerita nabi-nabi terdahulu dengan israiliyat, bahwa kitab suci Ahli Kiitab (Taurat dan Injil) dan segala riwayat yang bersumber dari mereka,sama-sama dapat dipegangi,karena adanya kebohongan dan pertentangan didalamnya sampai sekarang
 Adz Dzahabi dalam kitabnya, At tafsir wa Al Mufassirun, ia membagi israiliyat pada tiga jenis: Pertama, yang diketahui keshahihannya,karena adanya konfirnasi dari sabda Nabi s.a.w atau dikuatkan oleh syariat. Bentuk ini dapat diterima. Kedua, diketahui kebohongannya, karena pertentangannya dengan syariat atau tidak sesuai dengan akal sehat. Bentuk ini tidak boleh diterima dan tidak boleh meriwayatkannya. Ketiga, yang tidak termasuk kedua jenis tersebut di atas, harus bersikap tawaqquf terhadapnya ( tidak membenarkan dan tidak mendustakan)..

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis israiliyat yang di tolak adalah ;
 Yang jelas bertentangan dengan syariat dan akal
 Diriwayatkan oleh orang yang tidak maqbul riwayat;
Dan israiliyat yang dapat diterima adalah:
 Sejalan dengan atau mendapatkan konfirmasi dari AlQuran
Dan yang ditawaqqufkan adalah:
 Yang tidak mendapat konfirmasi dari AlQuran
Sedangkan criteria penolakan dan penerimaan menurut M Quraisy Syihab, antara lain:
 AlQuran ; Taurat menyebutkan sab’ah ayyam, sedangkan AlQuran dinyatakan sittah ayyam, maka keterangan dari Taurat itu tertolak
 Akal dan Ilmu, yakni pemikiran yang sudah disepakati, buakan yang berdasarkan subyektifitas masing-massing golongan, misalnya, soal kelahiran iz sebagai kembaran dari Ya’qub. (Rachmad Syafe’i ; 117-123)
Mengenai pengaruh negative israiliyat, jika memang bertentangan dengan Islam,AlJauzi menyebut beberapa dampak, diantaranya: 1. merusak akidah umat Islam, 2. memberi kesan bahwa Islam itu agama khurafat, takhayul dan menyesatkan, 3. riwayat-riwayat tersebut hamper-hampir menghilangkan rasa kepercayaan padas ebagian Ulama Salaf, baik dari kalangan sahabat maupu tabi'in seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Salam dan Wahb bin Munabbih, 4 memalingkan perhatian umat Islam dalam megkaji soal-soal keilmuan Islam karena larutnya umat ke dalam keasyikan menikmati kisah-kisah israiliyat.










B A B III
K E S I M P U L A N

 Menurut Ibn Qayyum AlJauzi Secara etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah, yakni bentuk kata yang dinisbatkan pada kata israil yang berasal dari bahasa Ibrani, isra yang berarti hamba dan il yang bermakna Tuhan
 Secara terminologis, israiliyah merupakan sesuatu yang menyerap ke dalam tafsir dan hadis di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak Dan kenyataannya kisah-kisah tersebut merupakan pembauran dari berbagai agama dan kepercayaan yang masuk ke Jazirah Arab yang di bawa orang-orang Yahudi
 Ibn Katsir menyebutkan dalil Bahwa Ya’qub adalah Israil melalui hadis riwayat Abu Dawud At-Thayalisi dalam Musnadnya dari Ibnu Abbas
 Israiliyat pada umumnya dikaitkan dengan empat tokohnya yang terkenal, yaitu; Abdullah Ibn Salam, Ka’ab al Akhbar, Wahb bin Munabbih, dan Abdul Malik Ibn Abdul ‘Aziz Ibn Juraij.
 Israiliyat ditinjau dari beberapa aspeknya, terbagi menjadi tiga bagian pokok: 1.Macam-macam Israiliyat di lihat dari segi keshahihan Sanad, 2. Dari segi kesesuaiannya dengan Syara’, 3. Dari sisi kandungan isinya
 Adapun beberapa pandangan para Ahli terhadap israiliyat secara umum terangkum dalam 3 (tiga) pendapat, Yaitu Israiliyat yang di tolak, yang di terima ,dan yang di tawaqquf kan.
Bahwa jenis israiliyat yang di tolak adalah ;
 Yang jelas bertentangan dengan syariat dan akal
 Diriwayatkan oleh orang yang tidak maqbul riwayat;
Dan israiliyat yang dapat diterima adalah:
 Sejalan dengan atau mendapatkan konfirmasi dari AlQuran, dan
Yang ditawaqqufkan adalah:
 Yang tidak mendapat konfirmasi dari AlQuran

 Penulis berpendapat bahwa meskipun kajian tentang israiliyat dalam referensi-referensi Ulum At Tafsir tidak sebanyak sebagaimana tema-tema lainnya, seperti I’jaz AlQuran, Makki madani, Asbabun Nuzul ayat, Nasikh- Mansukh, Qasam dan lainnya yang hampir selalu ada di setiap buku /kitab Ulum At Tafsir, namun ia tetaplah penting. Ada banyak alasan yang menurut penulis layak untuk dikemukakan untuk memberikan porsi perhatian yang sama dalam masalah ini, terlebih bila israiliyat belum banyak dipahami oleh kita umat Islam.
1) Diantara urgensi mempelajari Israiliyat adalah; secara histories kita memahami bahwa Islam mengalamai akulturasi budaya dan intelektual dengan umat penganut agama – agama terdahulu, yang ada juga diantara mereka yang dipercaya oleh nabi beritanya karena kecerdasan intelektual dan ‘adalah nya. Dari akulturasi ini secara positif juga berdampak pada Islam terutama dari sisi kekayaan khazanal intelektualnya. Karena bagaimanapun juga, memang ada beberapa kesamaan isi AlQuran dengan kitab-Kitab Nabi terdahulu, sehingga ‘bersinggungan’ dengan mereka menjadi keniscayaan.
2) Disamping itu, dengan mengenal ciri-ciri israiliyat sebagaimana yang dikemukakan para Ulama tafsir, umat Islam dapat lebih selektif memilih cerita maupun yang akurat dan yang tidak, sehingga khurafat dalam Islam dapat secara bertahap dihapuskan. Demikian itu agar Islam terhindar juga dari anggapan sebagai agama yang sarat cerita takhayul dan imajinatif.
3) Adapun upaya pengembangan khazanah intelektual Islam tidak boleh meninggalkan Ruh AlQuran dengan tetap mengedepankan semangat orisinilitas AlQuran serta sikap kritis dan logis terhadap apapun yang masuk dalam lingkup kajian keislaman , khususnya studi tentang AlQuran ini. Akhirnya, Ihdina as Shiraathal mustaqiim.., mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya, khususnya bagi penulis, Amin.






R E F E R E N S I

1. Al Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn Maghirah ibn bardazabah AlBukhari AlJa’fi, Shahih AlBukhari, Dar AlThaba’ah Al Amirah, Istanbul, TT
2. AlJauziyah, Ibn Qayyim, Belajar Mudah Ulum AlQuran: Studi Khazanah Ilmu AlQuran/ Editor, Sukardi K.D- Cet. I. , Jakarta: Lentera, 2002
3. Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadahan, Aara Khathiah wa Riwayat Bathilah Fi Siyaril Anbiya wal Mursalin Alaihimussholatu Wassalamu, -Terj. Izzudin AlKarimi Lc-, Cerita-cerita Populer tapi Palsu tentang Nabi dan Rasul a.s, Surabaya: eLBA, 2005
4. Abdul Mustaqim Dr, M.Ag, Pergeseran Epistimologi Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
5. Ahmad Syadali, M.A dan Ahmad Rofi’i, Drs H., Ulumul Quran, Cet III, Bandung: Pustaka setia, 2006
6. Ibn katsier, Mukhtashar tafsir Ibn Katsir- alih bahasa H. Salim Bahreisy& H. Said Bahreisy, jilid 4, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005
7. Manna’ Khalil Qaththan, Mabahits Fi Ulumi AlQurani, Mansyurat Al’Ashr AlHadits, tt
8. Manna’ Khalil Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Quran; Diterjemahkan oleh Mudzakir AS; penyunting MAulana Hasan-Cet 3- Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa; 1996
9. Rahmat Syafe'i. Prof.Dr. H , Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia,2006
10. Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Ushul Fi At Tafsir; Pengantar Ilmu Tafsir/ Terj.Ummu Ismail, -Cet 2- Jakarta Timur: Darus Sunah Press, 2008

1 komentar: